Mitos dan Fakta tentang Intoleransi Laktosa pada Anak
Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan yang umum terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Namun, ada banyak mitos yang beredar tentang intoleransi laktosa pada anak-anak. Artikel ini akan membahas mitos dan fakta seputar kondisi ini, serta menyediakan data relevansi fakta mengenai intoleransi laktosa.
Mitos 1: Intoleransi Laktosa Pada Anak Itu Sangat Langka
Fakta nya : Intoleransi laktosa pada anak bukanlah hal yang langka. Meskipun lebih umum terjadi pada orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami intoleransi laktosa. Faktanya, tingkat intoleransi laktosa dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, dan bisa muncul pada usia berapa pun.
Menurut data dari Badan Pangan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA), sekitar 65% manusia memiliki tingkat toleransi laktosa yang berkurang setelah masa bayi. Ini menunjukkan bahwa intoleransi laktosa pada anak adalah sesuatu yang patut diperhatikan.
Mitos 2: Intoleransi Laktosa Itu Sama Dengan Alergi Susu
Fakta nya : Intoleransi laktosa dan alergi susu adalah dua hal yang berbeda. Intoleransi laktosa terjadi ketika tubuh kekurangan enzim laktase yang diperlukan untuk mencerna laktosa, gula yang terdapat dalam susu. Sementara itu, alergi susu adalah respons sistem kekebalan tubuh terhadap protein susu tertentu.
Data dari American Academy of Allergy, Asthma & Immunology menunjukkan bahwa hanya sekitar 2-3% anak yang mengalami alergi susu. Oleh karena itu, intoleransi laktosa jauh lebih umum dibandingkan dengan alergi susu pada anak-anak.
Mitos 3: Semua Produk Susu Harus Dihindari
Fakta nya: Tidak semua produk susu harus dihindari oleh anak-anak dengan intoleransi laktosa. Beberapa produk susu, seperti yogurt dan kefir, mengandung bakteri baik yang membantu dalam mencerna laktosa. Selain itu, ada juga susu rendah laktosa atau susu pengganti yang tersedia di pasaran yang dapat digunakan sebagai alternatif.
Menurut data dari Academy of Nutrition and Dietetics, banyak anak dengan intoleransi laktosa masih dapat mengonsumsi produk susu dengan sedikit laktosa atau produk pengganti susu dengan dukungan dari dokter atau ahli gizi.
Mitos 4: Intoleransi Laktosa Tidak Berbahaya
Fakta nya : Meskipun intoleransi laktosa tidak berbahaya seperti alergi makanan, kondisi ini dapat menyebabkan gejala yang mengganggu, seperti diare, perut kembung, dan kram perut. Jika tidak dikelola dengan baik, intoleransi laktosa dapat mengganggu kualitas hidup anak dan pertumbuhannya.
Data dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases menunjukkan bahwa dengan perubahan diet yang tepat, sebagian besar anak dengan intoleransi laktosa dapat mengelola gejala mereka dan menjalani kehidupan yang normal.
Mitos 5: Anak-Anak Akan Tumbuh Dari Intoleransi Laktosa
Fakta nya : Intoleransi laktosa pada anak-anak tidak akan hilang dengan sendirinya seiring pertumbuhan. Namun, intensitas gejalanya bisa berkurang seiring bertambahnya usia. Ini tidak berarti bahwa anak tersebut sembuh dari intoleransi laktosa, tetapi kemampuannya untuk mencerna laktosa dapat membaik sedikit.
Dalam data dari Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition, disebutkan bahwa sekitar setengah anak dengan intoleransi laktosa tetap mengalami kondisi ini hingga dewasa.
Kesimpulan:
Intoleransi laktosa pada anak bukanlah hal yang langka, dan memahami mitos dan fakta tentang kondisi ini sangat penting. Data relevansi menunjukkan bahwa intoleransi laktosa adalah masalah yang perlu dikelola dengan baik untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan anak-anak. Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi dapat membantu dalam mengembangkan rencana diet yang sesuai untuk anak-anak yang mengalami intoleransi laktosa. Memberi asupan susu lactose free adalah hal yang harus dilakukan untuk pengganti asupan protein dan kalsium dari susu sapi. Salah satu pengganti susu sapi yaitu bisa menggunakan Susu Ikan (SURIKAN). Susu dari Ikan (SURIKAN) adalah hasil proses hidrolisa enzimatis protein ikan dalam bentuk peptida yang mengandung asam amino esensial dan non-esensial lengkap dan senyawa alami PUFA, EPA dan DHA.